expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

widget

Minggu, 20 Desember 2015

I Really Miss Them

Share dari grup waktu SMA.

Jujur, gue menikmati masa SMA. Gue menikmati setiap harinya di mana gue bisa ketawa-ketawa bareng kawan SMA. Susah-seneng bareng mereka. Persetan dengan PR, tugas, jam belajar ditambah. RUGI kalo masa-masa SMA lo dilewatin dengan mengeluh. Rugi.
Hahaha gue kangen banget sama lo semua. Lo semua inget pas kita ngerjain guru sampe nangis? Inget pas kita berantem sama kakak kelas? Inget pas kita pulang sekolah bareng, terus teriak-teriakan di jalan? Inget pas kita disuruh lari muter lapangan karena terlambat? Inget pas kita nyanyi kenceng-kenceng di depan kelas sampe dimarahin guru?
Gue masih inget itu semua.
Dan pada kenyataannya.. gue emang kangen lo semua. Temen-temen SMA gue. Yang sekarang pada mencar. Sibuk ngejar cita-citanya masing-masing. Yang satu kuliah, yang satu kerja, yang satu jadi gelandangan.
Dan akhirnya gue ngerasa kehilangan sesuatu. Kehilangan temen-temen SMA gue. Jujur pas lulus UN gue seneng. Gue seneng karena terbebas dari status pelajar. Terbebas dari tugas dan PR. Tapi disamping itu gue paham betul..
Ketika lo melangkah keluar dari gerbang sekolah tanpa status pelajar, itu artinya lo akan mengenal dunia baru. Dunia yang sebenarnya. Yang otomatis akan "mungkin" memisahkan lo dan temen-temen SMA lo. Dan itu terbukti di hidup gue. Sekarang semuanya jauh. Jauh banget.
Jadi.. kalo masih bisa ngumpul bareng, mending ngumpul deh. Selama itu nggak ngeganggu jam belajar lo. Usahain buat keep in touch sama temen-temen SMA lo. Jaga komunikasi. Karena gak ada yang nyangka kalo salah satu dari mereka bakalan sukses dan nolongin elo ketika lo susah nanti.
Satu-satunya yang gak bisa diputar itu cuma waktu men. Lo gak akan bisa bergerak mundur dan minta semuanya kayak dulu lagi. Nggak. Dan lo gak akan tau.. kapan terakhir kali lo dan kawan-kawan lo ketawa bareng.
Gue cuma pengen ingetin kalian, temen-temen SMA gue..
Kemanapun kalian dan jadi apapun kalian nanti, inget, kita pernah menertawakan hidup di sekolah yang sama.
"Memimpikan sebuah asa yang hanya beberapa jengkal di atas kepala."
(source: line)
Shit, i miss you all! :')

Pagi ini, gue terbangun seperti biasa. Sejenak berpikir untuk menenangkan jiwa dari yang namanya kesibukan kuliah. Tak ada yang berbeda. Dari awal gue hanya menikmati hari tanpa prnah protes atau bahkan tanpa pernah peduli pada dunia yang pernah membuat gue paham artinya kehidupan yang keras. Gue lupa kalau gue punya mereka yang bisa gue ajak cerita bareng lagi. Gue lupa kalau gue masih punya masa lalu yang kini masih merindu di memori itu. Jangan tanya bagaimana gue akhirnya nangis hanya karena bacaan di atas. sebuah kiriman singkat yang mencurahkan isi hatinya tentang ke -19 teman SMA nya dulu.

Gue pikir, semenjak kita keluar dari gerbang SMA, kita akan melupakan satu sama lain. Sibuk sama dunia yang lebih keras dari ini. Sibuk dengan kuliah yang katanya enak tapi lebih menyeramkan dari masa SMA. Sibuk dengan rutinitas kita yang menguras hati dan perasaan. Gue benci karena gue harus jujur, hari ini gue kembali merindukan mereka. 19 orang aneh yang hampir menghiasi hari gue selama 12 jam di bangku putih abu-abu. Orang yang senyum terkembang, masih memeluk gue di saat gue butuh pelukan. Orang yang selalu menerima sikap acuh yang padahal gue nggak niat untuk menunnjukkannya pada mereka. Gue apatis pada masa itu. Karena apa? Karena gue sadar, gue akan kangen dengan masa gue mengenal mereka. Gue akan mulai mengenang di mana dulu gue di tempati di kelas itu.

Nggak terbayang oleh gue, jika dulu aja gue nggak ada di kelas itu. Atau minimal dari salah satu di antara kita ada di kelas sebelah atau kelas paling ujung. Apakah cerita kita ini akan tetap sama? Dengan aku gue sebagai cewek tercuek? Orang yang sering melakukan perbuatan tak masuk akan kepada teman-teman kita yang cewek dan cuek kepada para kaum adam di ujung kelas? Atau masihkah dia si Atria yang heboh? Suka posting sana sini. Orang yang tiba-tiba akan bisa teriak paling ngakak dari bangku tengah? Atau masihkah dia si Adit dengan otak ngeresnya? Si penjahat wanita tapi lebih sering di sakiti sama cewek? Orang yang pernah paling gue segani di sekolah dulu. Atau Bahrur? Dedek gemes yang entah kenapa selalu di gilai oleh para kakak kelas? Yang kini kuliah dengan jurusan yang menurut gue emang cocok sama dia? Minimal si Christin, panjaitan yang membuat gue kadang merutuk kesal karena tingkahnya dia. Atau si Delfa, yang dengan raut wajahnya itu selalu bikin kita ketawa? Ebson, si  ketua kelas yang selalu jadi bulan-bulanan dari papa rait? Kristian, si tempramental yang pernah menyukai mamak gue yang di sekolah. Anak kesayangan ibu puji setalah si master fisika, Missy. Si jangkung Kevin, yang menjadi anak buah dari Ebson. Atau akankah dia itu, Missy, si cewek padang yang pernah menjadi tempat bully-an gue. Mona, ibu dari anggota 7 cm. Orang kekar yang akhirnya takluk sama Sri. Tasya, anak alay yang kadang menyulutkan emosi Zogi. Puspa, si pencinta korea yang akan selalu update tentang dunia k-pop. Atau faktor utama yang membuat kami semakin kuat di masa mencengkramkan pada saat kelas 3 SMA? Bahkan si adek gendut kita, Tasbita, yang akan kesal jika Bahrur sudah memasang tampang polosnya sambil memanndang dia lekat. Atau di anak hukum, yang hari ini gue nggak tau kabar apapun dari dia, Utami. YY, Yosef, Zogi, dan Bima yang masih belum bisa gue jangkau kehidupannya.

Masihkah semuanya akan sama teras? Akan terasa ajaib? Kita yang tahu jawabannya guys.

Salam rindu,
Seaurora Bluish

Selasa, 24 November 2015

Malam Rabu

Hai.
Oke, gue kembali dengan cerita ngasal yang nggak punya inti dan arah cerita.
Lagi pengen nge-random nih.
Ceritanya baru selesai ngerjain tugas kuliah yang di kumpulnya kamis. Sebenarnya tugasnya nggak akan susah kalau gue udah mulai nulis dari kemarin-kemarin. Yah, tapi gimana dong? Emang udah dari sononya kali. Kayak hukum alam yang mengharuskan kalau ada tugas kerjain sehari sebelum di kumpul. HAHA (ketahuan banget anak SMA nya)

Cerita soal kampus, duh, gue mendadak pengen langsung wisuda aja. Ngelihat kakak gue yang udah wisuda dan abang gue yang baru siap sidang akhir, rasanya gue pengen sama kek mereka. Instan banget rasanya lihat mereka udah lega karena menyelesaikan pendidikan mereka. Membanggakan orangtua dengan senyuman terhebat yang patut mereka banggakan. Jangankan kedua orangtua gue, gue aja bangga selaku adeknya.

Ngomong-ngomong, gue ngucapin selama dulu buat abang gue tercinta, Andri Juniper Fernandes Panjaitan. Hehe. Lulus sarjana di Teknik Sipilnya. Semoga berkah yah, bang. Dapat kerjaan bagus. Gaji pertama sama orangtua, gaji kedua untuk gue, dan gaji ketiga untuk masa depan lo. *Apadah?

Huaah, mendadak bingung mau nulis apa, padahal tadi udah semangat-semangatnya nulis. Eh iya, gue mau promosi dong, add gue di Wattpad bagi orang-orang yang suka baca. Ada karya gue yang tak seberapa, yang untungnya buat gue lumayan bangga karena bisa mencapai 69 viewers padahal baru hampir seminggu menulis. Ceritanya gue nggak ngerti, entah gue udah mulai pintar nulis, atau mereka merasa kasihan. Ah, kasihan gue!

Senang deh waktu tau kalau cerita kemarin yang udah gue buat viewersnya nyampek 125 orang. Tapi emang dasarnya gue nggak sabaran, yah akhirnya gitu. Gue hapus tuh cerita dan mulai fokus sama puisi. Dan detik ini, gue kembali ke genre gue. Gue mulai nulis lagi. Sama kayak di sini. Nulis nggak jelas. Sekedar menyampaikan isi hati gue.

Byeeeeeee....

Senin, 16 November 2015

Pembukaan Pertama

Haii,
Kayaknya udah lama gue nggak pernah ngisi nih blog lagi? Iya, nggak sih?
Oke, bodoh amat sama jawaban atas pertanyaan gue yang nggak penting di atas. Karena alasan kita buat blogger inipun bukan untuk sekedar have fun aja, tapi pemenuhan tugas dari guru TIK kesayangan IPA 3. Huaah, ingat ini, jadi ingat gimana dulu perjuangin blog biar tampil cantik dan menarik dan sekarang setelah semuanya sudah selesai, gue yakin -bukan hanya gue tapi teman seangkatan gue yang lainnya- nggak ada satupun yang peduli sama blogger ini lagi. Kita seolah beranjak dewasa dan meninggalkan dunia putih abu-abu kita.

Hai, Still Greatest.
Entah kenapa hari ini gue pengen banget ngisi blog ini. Sekedar curhat tentang kuliah gue atau sekedar menyampaikan rasa rindu gue sama teman-teman kocak yang pernah gue temui di masa putih abu-abu gue. Emang benar kata orang 'Masa SMA adalah masa yang tak terlupakan'. Yah iyalah nggak terlupakan. Bayangin aja, saat SMA lo bisa ngelakuin hal gila yang orang lain mungkin akan geleng-geleng dan nggak percaya kalau -gue- pernah melakukannya. Tekankan aja sama gue. Karena ini blog gue.

Ah, Greatrest, apa kabar kalian di sana? Apa kabar anak Yogya? Apa kabar anak Semarang? Apa kabar anak Bandung? Apa kabar anak Malang? Apa Kabar anak Malang? Apa kabar anak penjuru dunia lainnya? Suatu saat kalau kalian buka blog ini lagi, kalian pasti mikir anak Medan yang satu ini kurang kerjaan sekali menyapa kalian yang lagi sibuk sama tugas kampus. Hey, jangan salah paham. Jangan kira anak Medan kali ini nggak sibuk sama sekali, bahkan kalau boleh jujur, gue malah kelanjut sibuk pake banget.
Kadang kesel sih, kenapa jadwal kuliah gue masih terbilang santai ketimbang kalian yang mulai nggak bisa tidur tenang di singgah sana kalian. Mungkin karena kita sudah terbiasa akan tugas Pak Rait makanya gue bisa terbilang bebas. Yah, mungkin.
Weistt, tenang dulu bukan berarti gue juga main-main di sini. Gila, nggak pernah tuh ada alasan buat gue tenang. Keburu gila kalau gue bisa tenang dan hanya main-main.

Kampus kita punya kesibukan masing-masing, yah kan? Bedanya kampus gue nggak kayak kampus kalian. Yah iyalah buk, kampus gue apa gitu yah kan. Tapi kampus kita semua tetap Oke kok. Semuanya tanpa terkecuali.

Dan kalian tau nggak waktu pertama kali gue menggunakan kata kampus, saat itu gue sadar, kita makin tua guys. Padahal dulu kita masih sebut sekolah. Iya. Sekolah. Guru. Kepsek. Dan apalah hal lainnya. Dan kini apa sebutan baru yang sering kita lontarkan?
"Gimana kampus mu?"
"Gimana dosennya?"
"Gimana Rektornya?"
Dan, what are you think about it? Konyol bukan sih? Ngerasa tugas nggak sih? Atau hanya gue yang beranggapan kek gitu. Oh, okay. I don't care about it.

Let's talk about our memories.
Guys, are you remember when the first you stay in SMANSA? What are you feel? I think, we have any expression when we stay in here. Right? Misalnya aja gue, yang ngerasa nyesel kenapa masuk di sini? Kenapa gue begitu tololnya bisa masuk di kelas kedua dari akhir kelas unggulan? Kenapa gue nggak masuk di kelas yang sama dengan teman lama gue? Kenapa gue terjebak dengan orang-orang yang pendiamnya minta ampun kayak kalian? Kenapa mesti gue ada di antara orang-orang yang dalamnya mungkin pintar tapi terlalu 11-12 sama kuburan? Dan kenapa-kenapa lainnya yang nggak bisa gue ungkapkan sendiri.

Sama kayak apa yang udah kita utara di perpisahan kita di puncak gunung sana, kita mulai menilai satu sama lain. Si sombong yang menyebalkan, si konyol yang jahil, bahkan si devil yang nggak bisa diem. Semuanya kita rekam lalu kemudian entah bermula dari mana (yang mungkin pembuatnya adalah kelompok ku sendiri), kita mulai membentuk kubu. Ada si kumpulan cewek-cewek kece yang nggak pernah bisa diem, ada kumpulan anak-anak hits yang selalu kepo di dalam kelas, ada kumpulan cowok-cowok bermulut ember yang enggak bisa diem untuk nggak bergossip, dan kubu lainnya. Kita pecah di situ. Dan kayaknya kalian tau hal itu.

Dan, kalian tahu apa yang pertama kali yang gue tangkap atas perpecahan itu? It's not difference when i was in Junior High School. It's so same. Why my calss always endding with the genk? Kita satu guys, bukan ada gue sama kelompoko gue, bukan ada elo sama anak-anak kece lo, bukan juga dia sama kumpulan kebonya.

Okey, gue nggak ambil pusing. Kita belum terbiasakan. Kita masih baru. Dan karena hal itu kita jadi miliki kubu masing-masing. Sama kayak gue. It's our journey. Permulaan. Dan gue yakini hal itu sampai akhirnya gue yakin hal ini nggak akan berubah. Kita berlanjut ke kelas selanjutnya. Masih dengan orang yang sama.

Hanya gue yang netral. Berteman dengan siapa aja kecuali anak-anak cowok yang sumpah kadang bikin telinga gue pengen pecah. Kesal sama mulut mereka yang nggak bisa tenang untuk nggak membicarakan orang. Gue bukannya nggak suka, cuman yah itu, gue bukan tipikal orang yang pedulian sama begituan. Kita punya hidup masing-masing. Yah, jalani. Tenang aja, selagi lo nggak ganggu mereka, yah mereka nggak akan ganggu hidup lo kan? Dan itu yang gue pegang saat ini.

Dan saat itu gue sadar, emang kelas kita yang seperti ini. I'm Give up. Our situasion so difference. We have many problem but we don't have many time to discuss our problem. Just silence and always believe, god can help us. Hahaha

Konyol. Gue benci situasi kita yang emang kek gini. Gue berusaha untuk dekat sama semuanya. Dengan cara gue. Walau enggak menutup kemungkinan kalau gue masih lebih mementingkan kepentingan kelompok gue. Lagian kalian nggak peduli sama gue yang mencoba untuk menggabungkan kita menjadi satu lagi. We are same, guys. Pengen gue teriak kek gitu. Tapi percuma. Semuanya udah selesai kan?

Untungnya waktu kita kelas 3, kita mulai berbaur. Mencoba untuk menghilangkan ego masing-masing. Saling cerita dan mencari solusi atas masalah pribadi kita. Sikap kita juga makin dewasa. Kita nggak mudah mencak-mencak kayak kita masih berada di awal masa sekolah. Kita mulai memahami arti bersama. Dan saat tangis kita pecah di perpisahan kita. Entah untuk sekedar menyadari kalau dulu itu kita terlampau kekanak-kanakan atau karena waktu kita udah selesai sampai di sini. Kecewa sudah pasti. Kenapa mesti di akhir kita melangkah untuk menjadi dewasa baru kita mengukir segudang tawa? Kenapa mesti di akhir kita menuju kedewasaan kita baru saling mengenal? Kenapa mesti ada tangis di saat kita mulai yakin bawa ini awal kita melangkah?

Bahkan kalian tahu? Rasa penyesalan itu sampai gue bawa hingga detik ini. Tapi gue nggak pernah menangisi hal itu. GUe bersyukur setidaknya ada sedikit waktu yang gue tuangi di cerita kalian. Walau sedikit setidaknya pernah. Daripada kosong sama sekali.

Hey, udah dulu yah, gue mau ngerjain tugas penting. Bye-bye di cerita selanjutnya. Sayang kalian, Greatest.

Kamis, 10 April 2014

10 ATURAN MENULIS FIKSI REMAJA (TEENAGER STORY, TEENLIT)

Ada yang senang dan khusus menulis novel fiksi remaja?
Menurut saya ini tulisan yang paling gampang ditulis dan paling menyenangkan. Karena dunia remaja, teenager itu seru dan penuh tanda tanya serta petualangan.

Jadi, menulisnya akan membuat kita serasa muda terus dan bikin awet muda. Boleh dicoba kok. Nah, ada sekurang-kurangnya 10 aturan kalau mau nulis fiksi remaja yang baik.

1.    Topik harus disukai remaja
Biasanya topik yang disukai remaja adalah topik-topik ringan, seperti hantu, misteri, cinta, petualangan, dan hobi. Topik yang rada mikir seperti korupsi, politik, melodrama, bukan topik yang disukai.

2.    Tulisan pendek
Tulisan pendek ini maksudnya berkaitan dengan deskripsi dan dialog. Jadilah seperti remaja dalam menulis fiksi remaja. Bicara ringan, cerdas, taktis, simpel, dan menyenangkan. Remaja biasanya, sesedih apapun mereka tetap seru. Jadi, buatlah sesuatu dari dunia mereka.

3.    Karakternya harus detail
Remaja pandai berimajinasi. Jadi pastikan detail karakter yang kita buat dapat divisualisasikan oleh mereka. Lebih bagus kalau karakter itu seperti berada di sekitar lingkungan mereka.

4.    Karakter tidak boleh sempurna
Coba saja perhatikan sekitar kita! Mana ada orang yang sempurna? Jadi, buatlah karakter semanusiawi mungkin. Pinter tapi rada males. Ganteng tapi takut cicak. Cantik tapi suka ngupil, baik hati tapi juga suka jail, dll.

5.    Gunakan bahasa remaja
Bahasa yang digunakan untuk fiksi remaja ya harus bahasa remaja. Contek dialog dan kosakata remaja yang sedang trend. Jadikan tulisan itu tidak hanya terbaca, tetapi serasa terdengar di sekitar kita setiap hari.

6.    Pakai nilai universal
Remaja itu dunia bebas. Tapi penulis harus mengontrol tulisannya. Jangan menulis yang menjerumuskan remaja. Tulisan harus menggunakan nilai-nilai universal. Sudah jelas kalau pakai narkoba itu salah, kalau ada karakter yang begitu, pastikan karakter tersebut dihukum baik secara sosial maupun secara hukum.

7.    Lebih banyak dialog
Bagi yang suka membaca novel remaja, coba amati novel-novel yang berhasil dan biasanya bestseller, selalu lebih banyak dialognya daripada deskripsinya. Ini karena membacanya cepat dan biasa langsung diketahui siapa pelakunya.

8.    Setting yang familiar
Menulis cerita remaja, setting nya ya harus familiar bagi remaja. Sekolah, kampus, biasanya umum dipakai. Tapi selalu ada setting khusus yang harus mencuri perhatian pembaca dan inilah kekuatan penulis yang harus dieksplorasi agar remaja tertarik membaca.

9.    Jangan Menggurui
Remaja adalah dunia yang sedang mencari jati diri. Biarkan mereka memutuskan segala sesuatu menurut pertimbangan masing-masing. Ending yang menggantung sering lebih baik bagi penulisan novel remaja.

10.    Jangan terlalu tebal
Tebal tipisnya novel memang tidak ada aturan pasti. Tiap penerbit beda. Tiap penulis punya aturan sendiri. Tapi kalau menulis untuk remaja, 100-150 halaman cukup. Karena itu kalau diterbitkan akan menjadi 250 halaman, dengan range harga 40-50 ribuan. Pikirkan juga soal ini agar buku kita terjangkau oleh remaja :)

Nah, selamat menulis fiksi remaja dan temukan dunia yang paling seru :) Tips penting untuk penulis fiksi remaja, jadikan remaja sebagai FIRST READER dan biarkan mereka mengoreksi tulisan kita. Hasilnya akan sangat berbeda dan akan terasa sangat TEENAGER.

POKOKNYA AKU SUKA KAMU
LHO... KOK KAMU?
MEOOOW...!
PACAR SOBATKU
KINGKONG JATUH CINTA
TERSENGAT CINTA ENDUT
DUO TAJIR
DONA
GARA-GARA MARCELA
ASYIKNYA PACARAN SAMA KAMU
INSAN & KAMIL
HOT CHOCOLATE


Ari Kinoysan Wulandari
Yogyakarta, 10 Agustus 2012

Gampang Menulis Novel

Menulis novel adalah hal yang (tidak terlalu) gampang dan perlu komitmen untuk menyelesaikannya. Yang paling sulit adalah saat memulai. Bebaskan diri anda saat mulai menulis novel. Tidak usah terlalu mengikuti banyak aturan dan teori. Yang penting anda tahu, apa sebenarnya yang mau diceritakan dalam novel tersebut.

Tips berikut seputar cara untuk membantu proses penulisannya.


1. Membaca berbagai jenis fiksi yang memperkaya wawasan. Membaca bukan sekedar menikmati, tetapi mencatat kelebihan dan kekurangannya, mengetahui karakter, teknis cerita, dll.

2. Jangan membatasi diri pada satu jenis genre tertentu. Coba terus sampai menemukan jenis tulisan yang pas dan sesuai dengan hati.

3. Jangan takut membuat “abu-abu” dalam genre yang sedang ditulis. Misalnya menulis kisah cinta, jangan takut membuatnya menjadi komedi romantis atau  kisah asmara dengan pembunuhan, dll.

4. Jangan menulis untuk pasar (mengikuti trend), tulis saja apa yang ada di hati. Biasanya yang seperti ini hasilnya lebih baik.

5. Kehidupan nyata adalah sumber inspirasi dan sumber karakter yang tak pernah habis. Temukan tokoh-tokoh dan cerita anda dari kehidupan nyata.

6. Jangan memberikan karakter yang sempurna dan berikan rintangan yang sulit untuk karakter cerita agar napas cerita cukup dan menyenangkan.

7. Pikirkan tema-tema yang abadi, seperti kelahiran, cinta, pengorbanan, persahabatan, kehidupan, kematian, iman, takdir, perjuangan, cerita rakyat, dll.

8. Berikan ruang yang cukup bagi pembaca untuk berpikir. Penulis tidak perlu menjejali kisah secara detail setiap menitnya, termasuk tidak perlu memberitahukan semua pemikiran karakternya.

9. Penggunaan kata-kata deskripsi yang melibatkan panca indera akan membantu pembaca “terlibat” secara emosional di dalam naskah.

10. Ketika editing pribadi, periksalah plot yang kurang, inkonsistensi karakter, adegan yang hilang, adegan yang asing, akurasi data dalam penelitian, tata bahasa, ejaan, dan tanda baca. Tanyakan pada diri sendiri apakah setiap paragraf, kalimat, dan kata benar-benar penting untuk cerita tersebut. Jika tidak, silakan delete. Hati-hati  dalam koreksi tata bahasa, tanda baca ejaan. Semakin sedikit kesalahan semakin baik.

Nah, semoga dengan 10 hal tersebut, menulis novel menjadi sangat gampang :)
Mari kita diskusikan.


Ari Kinoysan Wulandari
Cr. https://www.facebook.com/groups/jadipenulisfiksi

"Wrecking Ball"- Miley Cyrus

We clawed, we chained our hearts in vain
We jumped never asking why
We kissed, I fell under your spell.
A love no one could deny

Don't you ever say I just walked away
I will always want you
I can't live a lie, running for my life
I will always want you

I came in like a wrecking ball
I never hit so hard in love
All I wanted was to break your walls
All you ever did was wreck me
Yeah, you, you wreck me

I put you high up in the sky
And now, you're not coming down
It slowly turned, you let me burn
And now, we're ashes on the ground

Don't you ever say I just walked away
I will always want you
I can't live a lie, running for my life
I will always want you

I came in like a wrecking ball
I never hit so hard in love
All I wanted was to break your walls
All you ever did was wreck me

I came in like a wrecking ball
Yeah, I just closed my eyes and swung
Left me crashing in a blazing fall
All you ever did was wreck me
Yeah, you, you wreck me

I never meant to start a war
I just wanted you to let me in
And instead of using force
I guess I should've let you win
I never meant to start a war
I just wanted you to let me in
I guess I should've let you win

Don't you ever say I just walked away
I will always want you

I came in like a wrecking ball
I never hit so hard in love
All I wanted was to break your walls
All you ever did was wreck me

I came in like a wrecking ball
Yeah, I just closed my eyes and swung
Left me crashing in a blazing fall
All you ever did was wreck me
Yeah, you, you wreck me
Yeah, you, you wreck me